LDII MEMBEKALI REMAJA MASJID DENGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI ERA MILENIAL

Perkembangan teknologi, telah terbukti sebagai sesuatu yang akan mempermudah kehidupan saat ini, akan tetapi di sisi lain juga membuka celah untuk memberi kemudahan masuknya paham-paham yang berseberangan dengan nilai-nilai Pancasila di tengah-tengah masyarakat. Dan kita tidak dapat membendung derasnya kemajuan teknologi ini. Oleh karenanya, kita harus melakukan upaya-upaya untuk memberi pembekalan terus menerus kepada masyarakat, lebih-lebih kepada para pemuda agar terbentuk sikap pribadi masyarakat dengan karakter kebangsaan yang kuat agar tidak mudah terpengaruh oleh berbagai hal yang bersifat destruktif yang berasal dari lingkungannya.

Karakter kebangsaan yang juga merupakan bagian dari nasionalisme sangat penting terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara karena merupakan wujud kecintaan dan kehormatan terhadap bangsa sendiri. Dengan hal itu, pemuda dapat melakukan sesuatu yang terbaik bagi bangsanya, menjaga keutuhan persatuan bangsa, dan meningkatkan martabat bangsa di hadapan dunia.

Memperhatikan persoalan ini DPD LDII Situbondo dalam konsolidasi organisasi yang dihadiri oleh seluruh Pengurus harian, unsur dewan peasihat, para Pimpinan Cabang dan Anak Cabang serta remaja-remaja masjid di wilayah Situbondo, mengangkat tema Penguatan Wawasan Kebangsaan di Era Milenial. Kegiatan ini digelar pada hari minggu 12 Pebruari 2023 di Masjid Nurul Haq.

Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ini, Kapten Nasikhin mewakili Dandim 0823 Situbondo. Di hadapan para pemuda penggiat Remaja Masjid dan didampingi oleh orang tua mereka Kapten Nasikhin berpesan agar para kawula muda dapat benar-benar mewujudkan rasa cinta kepada bangsa dan negara Indonesia dengan melakukan hal-hal baik demi kemajuan bangsa dan negara.

“Wawasan kebangsaan diartikan sebagai cara pandang disertai kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara”.
Dalam konteks kebangsaan, bahwa tidak ada yang kontradiktif antara agama dan pancasila. Dan dalam konteks keberagaman Islam mengajarkan toleransi yang sangat luar biasa. Pancasila itu tidak bertentangan sama sekali dengan ajaran agama islam.
Milenial memang memiliki kekhasan, namun kita harus bisa menyesuaikan karena zaman berbeda, mereka yang hidup di era IT, kontens wawasan kebangsaan harus juga disesuaikan dengan memanfaatkan teknologi informasi. Baik di sekolah-sekolah, dalam komunitas pramuka mulai dari PAUD, di masjid-masjid supaya terus dilakukan pembinaan melalui kegiatan yang positif dalam upaya penanaman wawasan kebangsaan di kalangan anak-anak sebagai pondasi untuk membentuk anak-anak yang baik, beriman dan bertakwa serta berbudi pekerti yang luhur yang dapat menciptakan orang-orang yang cerdas, berprestasi dan memiliki rasa cinta tanah air yang tinggi.

 

“Wawasan kebangsaan merupakan cara pandang mengenai diri kita, juga lingkungan kita, bagaimana mewujudkan Negara yang mampu melahirkan kemakmuran di masa depan. Poin pentingnya kita semua harus memiliki tujuan yang sama dalam mengupayakan masa depan Negara kita,” tutur Ir. Arief Fadjar Ketua DPD LDII.
Beliau menambahkan bahwa kita semua sebagai warga Negara Indonesia harus ikut serta dalam menyukseskan tujuan Negara ini yakni terwujudnya kesejahteraan. Pemahaman mengenai wawasan kebangsaan ini penting sekali bagi para pemuda untuk mengubah atau memiliki cara pandang yang benar selaku generasi bangsa dalam mewujudkan masyarakat yang harmonis dan menjunjung tinggi moral bangsa Indonesia. Kita sebagai generasi muda harus mengerti eksistensi berbangsa dan bernegara. Jauhi paham radikal, komunis, dan teroris, karena akan menghancurkan bangsa dan Negara kita tercinta.

Dalam kesempatan itu pula Agus Triono, dari unsur pembina LDII Situbondo menyampaikan bahwa upaya menanamkan wawasan kebangsaan pada generasi milenial itu tidaklah mudah. Sebab, mereka hidup di tengah canggihnya teknologi, yang telah menghilangkan batas teritori, dan mengubah masyarakat secara dinamis. Beliau menuturkan, teknologi komunikasi dan informasi telah mengubah perang konvensional menjadi perang modern dengan menggunakan teknologi, media massa, dan cyber war. Perang mengubah pola pikir. Bukan lagi perang dengan kekuatan militer, tetapi perang pengaruh melalui format ideologi, politik, ekonomi, dan social budaya secara tidak disadari atau seringkai disebut sebagai Proxy war yang sasarannya meliputi berbagai bidang. Mulai dari ketahanan ekonomi, pertahanan dan keamanan, budaya, ideologi, lingkungan, politik, hingga karakter masyarakat. Generasi muda, adalah elemen masyarakat yang mudah terpengaruh. Mereka bisa dipengaruhi melalui pola serangan pintar F-7 (Food, Fun, Fashion, Film and Fantasy, Filosofi, dan Finansial).

Oleh karenanya orang tua, tandas dia, mutlak menjadi sumber informasi pendamping dan role model bagi anak. Apa saja yang harus menjadi perhatian? Pendidikan karakter, agar anak dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga mereka dapat memberikan kontribusi positif kepada lingkungannya. Selanjutnya, membangun sikap dan jiwa kepemimpinan anak, membangun sikap kritis, dan menanamkan jati diri sebagai bangsa Indonesia.

“Cara kekinian juga bisa diterapkan. Misalnya dengan membuat vlog yang pesannya tentang kepahlawanan, sejarah Indonesia, dan nilai-nilai Pancasila. Atau, membuat tik tok atau vlog atau video pendek yang memuat bagaimana internalisasi terhadap nilai-nilai Pancasila. Sehingga aplikasi yang ada tidak sekadar untuk main-main,” tuturnya.

Share Button

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *